Tuesday, August 4, 2009

Map Projection



Proyeksi van der Grinten tidak konformal maupun memiliki area sama. Proyeksi ini menunjukkan keadaan bumi dalam bentuk lingkaran, walaupun daerah kutub adalah subyek dari distorsi yang ekstrim. Proyeksi ini, pada pertama kalinya diusulkan / direncanakan oleh Alphons J. van Grinten tahun 1904, dan tidak seperti proyeksi peta pada umumnya, proyeksi ini berdasarkan konstruksi geometris pada pesawat.


Proyeksi Peta Dunia "Kupu-Kupu" Waterman, dibuat oleh Steve Waterman dan dipublikasikan pada tahun 1996. Proyeksi ini merupakan perubahan dari globe, yang diperbarui berdasarkan prinsip Peta Kupu-Kupu yang pertama kali dikembangkan oleh Bernard J.S. Cahill (1866-1944) pada tahun 1909.


Gambar 1 – Peta Oronteus Finaeus tahun1532 di belahan bumi selatan Gambar 2 – Oronteus Finaeus menggambar kembali proyeksi modern peta kutub itu

Gambar 3 – Peta modern Antarctica

Peta ini ditemukan di Perpusatakaan Congress, Washington DC di tahun 1960 oleh Charles Hapgood. Bertuliskan “ digambar oleh Oronteus Finaeus tahun 1531”. Hampir sama persis dengan pemetaan Piri Reis, Antarctica ditunjukkan dengan es yang bebas mengalir seperti sungai, pola pengeringan dan coastline.

Peta Oronteus Finaeus lebih akurat dibanding peta yang lain pada waktu itu. Sesungguhnya, lebih akurat dibanding peta manapun yang dibuat sampai ke tahun 1800.

Proyeksi Robinson diadopsi dari Majalah National Gepgraphic pada tahun 1988, tetapi ditinggalkan oleh mereka tahun 1997 untuk Winkel Tripel.


Proyeksi Bonne adalah proyekso peta yang memiliki pseudoconical area yang sama, seringkali disebut juga dépôt de la guerre atau proyeksi Sylvanus. Walaupun proyeksi ini diberi nama Rigobert Bonne (1727-1795), tetapi proyeksi ini telah digunakan terlebih dahulu sebelum ia lahir, oleh Sylvano, Honter, De I'Isle, dan Coronelli.


Tuesday, May 12, 2009

Seagrass


Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang beradaptasi dengan kehidupan di lingkungan bahari. Hidupnya di perairan yang dangkal agak berpasir, daerah terumbu karang dan membentuk komunitas yang tebal, sehingga dapat menjadi padang lamun yang luas. Ekosistem ini merupakan ekosistem bahari yang produktif, sehingga dapat mendukung kehidupan dari berbagai jenis tumbuhan dan hewan dengan cara memberikan tempat untuk menempel, bernaung dan menyediakan makanan.

Di pesisir Kabupaten Sarmi, padang lamun secara luas berasosiasi dengan terumbu karang. Padang lamun yang subur terdapat di kawasan perairan Kepulauan Kumamba, terutama di Pulau Liki dan Pulau Armo, sedangkan pada perairan lain komunitas lamun tidak berkembang denganbaik. Pengaruh aliran sungai yang berasal dari daratan yang membawa padatan tersuspensi sebagai penyebab kurang berkembangnya lamun di beberapa pulau (wakde, podena, Yamna).

Padang Lamun lebih banyak didominasi oleh Thalasia sp dan Enhalus sp. Jenis lain yang juga ditemukan adalah Cyrnodoceaes sp dan Syringodinium sp. Pada daerah yang senantiasa mendapat gempuran ombak, komunitas lamun tidak berkembang dengan baik. Kondisi padang lamun umumnya belum banyak mengalami gangguan sehingga tmapak masih utuh.

Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk keranjang anyaman, dibakar untuk garam, soda atau penghangat, bahan isian kasur, atap, bahan kemasan, pupuk, isolasi suara dan suhu. Pada jaman modern ini, lamun dimanfaatkan antara lain sebagai penyaring limbah, stabilisator pantai, pupuk, makanan dan obat obatan.

Padang lamun berlaku sebagai daerah asuhan, pelindung dan tempat makan ikan, Avertebrata, dugong dan sebangsanya. Padang lamun juga berinteraksi dengan terumbu karang dan mangrove. Ekosistem lamun ini terdapat di banyak perairan pantai di negara kita. Di Kepulauan Seribu, misalnya, terdapat ekosistem ini yang berdampingan dengan mangrove dan terumbu karang. Ekosistem ini dikaitkan dengan kehadiran dugong karena tumbuh tumbuhan lamun menjadi makanannya.

Padang lamun umumnya merupakan habitat utama ikan duyung, disamping bulu babi, penyu laut, dan bernagai jenis ikan seperti baronang dan kaktua, serta teripang. Selain itu, padang lamun juga mempunyai peranan dalam mengurangi pendangkalan (siltasi) yang berasal dari daratan yang dapat berakibat buruk terhadap komunitas karang. Kalau dilihat dari fungsinya sebagai penyaring, berarti ekosistem ini dapat mencegah terjadinya kerusakan pada ekosistem karang. Karena itu, ekosistem ini penting sekali dipertahankan, baik untuk menjaga potensi keberlangsungan ekosistem secara menyeluruh dengan terumbu karang, maupun untuk mempertahankan produktivitas biota lain yang hidup berasosiasi dengan padang lamun.




Sumber :

http://www.dkp-papua.com
http://www.acehpedia.org